Friday, November 12, 2004

Kepada Alex Chandra, Amalia & Adit di Jakarta ..

Sebuah Tawaran ..

Saya sajikan ke Anda sekalian catatan saya tentang polling partisipatif (lihat pada klik yang lain dalam blogspot saya ini) yang dulu saya coba terapkan untuk membantu menyelesaikan konflik di Maluku. Untuk Alex Chandra, metode partisipatif untuk polling ini barangkali dapat disesuaikan untuk kebutuhan Anda dalam hal menanggapi masyarakat dan sementara orang yang bersikap kritis terhadap polling atau jajak pendapat yang dianggap sering bisa "direkayasa" sesuai dengan keinginan "pemesan" jajak pendapat itu sendiri. Karena meskipun kita sudah menyusun seluruh prosedur ilmiahnya secaranya matang dan meskipun sudah mempresentasikannya secara sangat bertanggungjawab, masyarakat/orang lain yang tak terlibat akan dapat ngomong apa aja. Wajar juga kan?!

Namun maaf, saya belum dapat menemukan file asli dari sebuah laporan seorang praktisi transformasi konflik di Irlandia Utara yang saya ambil jadi kerangka dasar yang melandasi jajak pendapat untuk kasus Maluku itu. Saya akan sesegera mungkin mencoba mencarinya dan mengabarkannya ke Anda sekalian.

Tapi saya masih mempunyai teks adaptasinya bahasa Indonesia yang saya tulis waktu itu untuk teman-teman, dan usaha percobaan perbaikan penerapan metodologi menarik ini untuk kasus konflik Kalimantan Tengah. Barangkali contoh penerapannya untuk Kalimantan Tengah dalam bentuk kuesioner yang saya coba kembangkan dapat merelatifkan usaha-usaha Anda nantinya dalam berbagai persoalan yang terkait dengan kegiatan-kegiatan dari The Institute of Global Justice. Pada prinsipnya, kiranya metode ini dapat diterapkan untuk berbagai ranah pengamatan. Yang penting analisis pihak-pihaknya selayaknya terus dipertajam dan diperdalam.

Terus-terang saya sendiri masih merasa penasaran (maksud saya, ingin tahu lebih jauh) dengan kemungkinan penerapannya untuk bidang-bidang yang lain. Saya tunggu perkembangan hasilnya karena saya yakin harus belajar dari Anda sekalian. Dan saya kira banyak sekali pihak yang ingin mencoba mengembangkan pendekatan ini. Mengapa? Karena setidaknya untuk lingkungan negeri-negeri demokrasi baru, di mana kebutuhan dasar masyarakat masih "basic", katakanlah begitu, orang lebih mudah saling tak percaya. Padahal tampaknya dari pollings yang dilakukan di Jakarta oleh LSI dan di Manila oleh Comelec, tampaknya untuk menjadi presiden republik pun sekarang, dalam batas tertentu, sudah dapat diprogramkan. Mohon tanggapan!

No comments: